Monday, July 1, 2013

Ketapel yang Hilang


Masa kecil adalah masa-masa yang menyenangkan. Masa yang penuh dengan permainan-permainan. Derai tawa teman-teman sebaya. Berlari-larian. Melompat kesana-kemari. Masih ingat dalam ingatan saya, permainan-permainan tradisional yang pernah saya ikuti dulu. Gobag sodor, nama permainan ini katanya dari bahasa Inggris: go back so.. "dorr..!" Benthikan, pake kayu dan mirip-mirip kasti. Permainan Brek, huruf e-nya diucapkan seperti kata "cek" entah kenapa dinamakan seperti itu, atau karena dari bahasa Inggris juga; break? atau brick? yang jelas permainan dilakukan dengan membuat kotak-kotak besar di tanah atau di lantai yang membentuk pola tertentu kemudian dengan membolak-balik 'gacuk' yang berupa potongan genting atau keramik lalu dilewati dengan kaki satu persatu sampai selesai. Agak membingungkan ya deskripsinya? Tapi tentu Anda juga masih ingat bukan? Mobil-mobilan jaman dulu dibuat dari kulit jeruk dan yang lainnya. Saya dan teman-teman di desa pernah juga membuat mobil-mobilan dari ujung tangkai daun pohon kelapa (wah saya bingung
namanya apa). Mobil mainan itu kemudian bisa 'berjalan' mulus di atas tanah karena memang tanpa roda. Aneh memang. Tapi itu yang saya ingat. Mobil mainan itu kalo dipermak habis-habisan mirip seperti mobilnya batman yang memanjang tapi tanpa roda.
 
Lalu Era pun Berubah
Berondongan teknologi informasi telah membuat anak-anak jaman sekarang lebih suka melototi layar-layar itu. Layar gameboard, Nintendo, Playstation, hape, tablet, netbook, laptop hingga TV touchscreen. Termasuk anak saya, yang baru 2,5 tahun sudah bisa memainkan angry birds di komputer. Hmm, ada rasa yang hilang. Romantisme permainan-permainan masa kecil seolah tak bisa kembali lagi. Meskipun begitu, saya yakin, di belahan dunia sana, di pelosok-pelosok desa sana, ada banyak kelompok-kelompok anak kecil yang dengan penuh keceriaan mempertahankan tradisi-tradisi itu. Semoga.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...